Kamis, 08 Desember 2011


Teman yang Baik adalah Obat yang Mujarab



 Nihil

Teman adalah obat yang mujarab
Hari ini seorang teman datang dan berbicara mengenai masalah keuangan yang sedang dihadapinya. Dia sedang mengalami krisis keuangan terkait dengan penyakit orangtuanya dan itu membutuhkan biaya besar. Ditambah dengan cicilan kredit kendaraan serta renovasi rumah yang sedang berjalan. Saya senang bisa menjadi teman bicaranya. Dia merasa lega setelah berbicara banyak tentang masalah ini. Setidaknya ada kuping yang mau mendengar keluh-kesahnya.
Sebagai teman saya hanya bisa membantu mendengarkan dan sedikit memberi kekuatan lewat kata-kata yang membangun. Saya hanya berharap dia bisa mendapatkan jalan keluar untuk setiap problematika hidupnya. Menurut saya dukungan sosial dalam bentuk mendengarkan itu sangat membantu dan dukungan ini sehat bagi setiap orang. Hal itu kita terima bukan hanya berdasarkan akal sehat, melainkan juga berdasarkan ilmu pengetahuan. Kita tidak hanya menyetujui dalam pikiran bahwa hal tersebut manjur; kita tahu betul bahwa itu memang manjur. Slogan kesehatan mental ”Teman-teman yang Baik adalah Obat yang Mujarab” bukanlah suatu slogan yang klise, melainkan bentuk terapi masa kini.
Sistem dukungan sosial yang utuh, berfungsi, sehat, serta mendukung pertumbuhan – entah itu dalam keluarga dan teman-teman atau suatu komunitas seperti kompasiana ini – merupakan sumber yang baik untuk pengisian kembali cadangan energi yang telah habis. Kasih, rasa sayang, sikap yang mendukung pertumbuhan, keintiman, keterkaitan, ikatan, cinta, empati, komunitas – ini semua adalah kata-kata ”yang membuat perasaan menjadi baik” karena satu alasan: karena semua itu memang baik.
Saya juga pernah melakukan ini. Bila saya merasa kosong secara emosional, saya mencari seorang teman yang peduli dan mau mendengarkan segala keluhan saya. Bila emosi saya terluka dan berdarah, tanggapan empati dari orang lain akan meredakan pendarahannya dan memulai proses pemulihan serta pengisian. Ini adalah cara yang efektif untuk meringankan sakit secara psikis dalam diri. Selain menjalin hubungan dengan manusia lain yang mengerti apa yang sedang dialami, ini bisa membuat saya merasa nyaman karena tahu bahwa ada orang lain yang memahami saya.
Bagi saya bukan hanya perhatian yang diungkapkan secara verbal yang penting, melainkan juga perhatian yang diungkapkan secara fisik. Misal pada suatu kondisi tertentu, menyentuh bahu dengan tangan itu juga suatu bentuk dukungan sosial karena kita semua memerlukan kontak manusia. Sebagai contoh bila kita memperhatikan, ketika seorang anak naik ke pangkuan orang tuanya dan bergelung dalam pelukan orang tuanya, bukankah seluruh suasana dalam ruangan itu terasa hangat dalam ungkapan kasih sayang yang terpancar?
Semoga teman-teman HAMDI.M memiliki teman yang menjadi obat mujarab ketika sedang susah dan butuh rekan yang bisa meneduhkan. Salam kompasiana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar